Welcome To My Blog
Remaja Masjid

Rabu, 09 Januari 2013

Perkataan “Seandainya” Membuka Pintu Setan


Nabi shallallhu ‘alaihi wa sallam bersabda:

وَ إِنَّ العَبْدَ لَيَتكلَّمُ بالكَلِمَةِ مِنْ سُخْطِ اللهِ لا يُلْقي لَهَا بالاً يَهوى بها فى جَهَنَّمَ

“Sungguh seseorang mengucapkan satu kalimat yang mendatangkan kemurkaan Allah, namun dia menganggapnya ringan, karenanya dia dilemparkan ke dalam api neraka”. (HR. Bukhari no. 6478 dalam Kitabur Riqaq, Bab “Menjaga Lisan”)

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللهِ وَلا تَعْجِزَنَّ , وَإِنْ أَصَابَكَ شَيْءٌ فَلا تَقُلْ : لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ كَذَا لَكَانَ كَذَا وَ كَذَا , وَلَكِنْ قُلْ : قَدَرُ اللهِ وَ مَا شَاءَ فَعَلَ , فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ

“Bersungguh-sungguhlah dalam hal-hal yang bermanfaat bagimu dan mohonlah pertolongan kepada Allah (dalam segala urusan), serta janganlah sekali-kali kamu bersikap lemah. Jika kamu tertimpa sesuatu (kegagalan), maka janganlah kamu mengatakan, ‘seandainya aku berbuat demikian, pastilah tidak akan begini atau begitu’. Tetapi katakanlah, ‘ini telah ditakdirkan oleh Allah dan Allah berbuat sesuai dengan apa yang dikehendaki’. Karena sesungguhnya perkataan seandainya akan membuka (pintu) perbuatan setan”. (HR. Muslim no. 2664)

Ibadah 500 Tahun SIANG MALAM Belum Menjamin Surga


Saudaraku, ternyata amal baik yang dilakukan siapapun selama 500 tahun siang malam tetap tidak dapat menjamin masuknya surga bagi hamba yang bersangkutan. Mengapa? Mari kita perhatikan & renungkan!

Dalam sebuah Hadits Riwayat Shahih Muslim yang cukup panjang, Diriwayatkan dari Muhammad Bin Mukadir Rasulullah datang kepada kami, lalu Rasulullah Muhammad SAW bersabda:
”Baru saja Jibril datang kepadaku tadi, Jibril berkata:

          ”Hai Muhammad, Demi Allah: ”Bahwasanya ada seseorang melakukan ibadah kira-kira lima ratus tahun diatas puncak sebuah gugung yang luas, panjangnya 30 X 30 hasta, dan lautan yang melingkar di sekitarnya seluas 4000 farsakh dari setiap penjuru, di bawah gunung tersebut terdapat sumber air jernih kira-kira satu jari lebarnya, dan terdapat pula pohon buah delima yang sengaja disediakan oleh ALLAH untuknya dimana setiap hari mengeluarkan buahnya satu biji. Setiap sore sesudah berwudlu, buah tersebut diambil dan dimakan, kemudian dia melakukan shalat seraya berdo’a mohon diambil nyawanya ditengah tengah melakukan sujud, agar tubuhnya tidak tersentuh Bumi atau yang lainnya, hingga ia bangkit di hari kiamat tengah bersujud kepada ALLAH. Maka permohonannya dikabulkan ALLAH, karena itu setiap kami lewat (naik-turun Langit) pasti dia tengah bersujud.”

Lanjut Jibril:”Kami temukan tulisnya (ceritanya) di lauhil mahfudz , bahwa: ia akan dibangkitkan kelak dihari kiamat dalam keadaan masih tetap bersujud dan diajukan kepada ALLAH, FirmanNya:”Masukkanlah hamba-Ku ini ke sorga karena Rahmat-Ku.”
Tetapi hamba itu menjawab: ”Melainkan karena amalku semata.”

Lalu ALLAH menyuruh Malaikat untuk menghitung semua amalnya dibanding nikmat pemberianNya, dan ternyata setelah penotalan amal keseluruhan selesai, dan dimulai dengan menghitung nikmatnya mata saja sudah melebihi pahala ibadahnya sepanjang 500 tahun , padahal nikmat-nikmat yang lain-lainnya jauh lebih besar dan berharga .

Lalu ALLAH berFirman: ”Lemparkan ia ke dalam Neraka.” Kemudian Malaikat membawanya dan akan dilemparkan ke dalam Neraka, tetapi di tengah perjalanan menuju Neraka, ia menyadari kekeliruannya dan menyesal seraya berkata:”Ya ALLAH, masukkanlah aku ke surga karena Rahmat-Mu.”
Akhirnya Firman-Nya kepada Malaikat:”Kembalikanlah ia.”
Lalu ditanya ia:”Siapakah yang menciptakan kamu dari asalnya (tiada)?.”
Jawabnya:”Engkau ya ALLAH.”

Lalu hal itu dikarenakan amalmu ataukah Rahmat-Ku?.”
Jawabnya:”Karena Rahmat-Mu.”

Siapakah yang menguatkanmu beribadah selama lima ratus tahun?.”
Jawabnya lagi:”Engkau ya ALLAH.”

“Dan siapakah yang menempatkan kamu diatas Gunung dikelilingi lautan di sekitarnya, dikaki Gunung tersebut memancar sumber air tawar, dan tumbuh pohon delima yang buahnya kau petik setiap sore, padahal menurut hukum adat, delima hanya berbuah sekali dalam setahun, lalu kau minta mati dalam keadaan bersujud, siapa yang melakukan itu semua?.”
           Jawabnya:” Engkau ya ALLAH.” FirmanNya:”Maka sadarlah kamu, bahwa itu semua adalah semata karena Rahmat-Ku , dan sekarang Aku masukkan kamu ke surga semata karena Rahmat-Ku .”
                   Mengapa ini semua bisa terjadi? Bukankah hamba itu sudah sedemikian rajinnya beribadah?Dari sini, ada beberapa pelajaran yang dapat kita ambil, diantaranya:
Jangan terjebak dengan sombong / bangga / menyebut-nyebut / mengungkit amal kita.. Lupakan amal baikmu, ingatlah dosamu
Ibarat pepatah: lupakanlah kebaikanmu, ingatlah kesalahanmu, karena engkau tidak tahu apakah amalmu diterima atau tidak dan engkau pun tak tahu dosamu sudah diampuni atau belum.

Sadar bahwa semua amal apapun yang telah kita lakukan maka tidak akan pernah dapat menebus nikmat yang telah Allah berikan pada kita. Dalam sebuah Hadits:
Para Sahabat bertanya: Ya Rasul, jika aku telah mencukupi SEMUA kebutuhan orang tuaku, apakah itu berarti aku telah membalas jasanya?Rasulullah Muhammad SAW bersabda: Tidak, sekali-kali kamu tidak akan pernah dapat membalas jasa kedua orang tuamu.
JIKA MEMBALAS JASA PADA ORANG TUA SAJA KITA TIDAK AKAN PERNAH MAMPU, LALU DAPATKAH KITA MEMBALAS JASA YANG TELAH ALLAH BERIKAN PADA KITA???

Yang 500 Tahun ibadah siang puasa malam shalat tiap hari dengan kualitas ibadah yang luar biasa saja belum tentu masuk surga, lalu bagaimana dengan kwantitas yang sedikit dan juga kwalitas shalat yang sedemikian rupa? Badannya shalat, namun pikiran melayang kemana-mana? Dzikir saja jarang apalagi puasa sepanjang ratusan tahun? Beranikah menjamin surga bagi kita pribadi?

 Lalu bagaimana yang tidak pernah shalat? Aurat terbuka? Tidak berkerudung? Gosip sana-sini? Ganggu pasangan orang lain melalui Facebook? Browsing gambar & Film tidak karuan? Download ini & itu? Mubadzir waktu, tenaga? Mari saudaraku kita sama-sama mengingati sesama insan
Mari, tetaplah dalam harap dan cemas pada Allah.
berharap agar amal diterima, agar dosa diampuni, namun cemas karena kurang amal, amal tidak diterima dan dosa tidak diampuni. Aamiin…………………….



PENYAKIT PERUSAK NIAT



Penyakit ini sangat merusak niat seorang hamba dan menjadikannya terombang-ambing di lautan yang tak bertepi, ia telah memposisikan dirinya sebagai orang yang pertama kali dilemparkan ke dalam api neraka, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ أَوَّلَ النَّاسِ يُقْضَى يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَيْهِ رَجُلٌ اسْتُشْهِدَ فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا قَالَ فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا قَالَ قَاتَلْتُ فِيكَ حَتَّى اسْتُشْهِدْتُ قَالَ كَذَبْتَ وَلَكِنَّكَ قَاتَلْتَ لِأَنْ يُقَالَ جَرِيءٌ فَقَدْ قِيلَ ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى أُلْقِيَ فِي النَّارِ وَرَجُلٌ تَعَلَّمَ الْعِلْمَ وَعَلَّمَهُ وَقَرَأَ الْقُرْآنَ فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا قَالَ فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا قَالَ تَعَلَّمْتُ الْعِلْمَ وَعَلَّمْتُهُ وَقَرَأْتُ فِيكَ الْقُرْآنَ قَالَ كَذَبْتَ وَلَكِنَّكَ تَعَلَّمْتَ الْعِلْمَ لِيُقَالَ عَالِمٌ وَقَرَأْتَ الْقُرْآنَ لِيُقَالَ هُوَ قَارِئٌ فَقَدْ قِيلَ ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى أُلْقِيَ فِي النَّارِ وَرَجُلٌ وَسَّعَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَأَعْطَاهُ مِنْ أَصْنَافِ الْمَالِ كُلِّهِ فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا قَالَ فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا قَالَ مَا تَرَكْتُ مِنْ سَبِيلٍ تُحِبُّ أَنْ يُنْفَقَ فِيهَا إِلَّا أَنْفَقْتُ فِيهَا لَكَ قَالَ كَذَبْتَ وَلَكِنَّكَ فَعَلْتَ لِيُقَالَ هُوَ جَوَادٌ فَقَدْ قِيلَ ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ ثُمَّ أُلْقِيَ فِي النَّارِ

“Sesungguhnya orang yang pertama kali diadzab pada hari kiamat adalah orang yang mati syahid, lalu ia didatangkan menghadap Allah. Allah menyebutkan nikmat-Nya kepadanya dan ia pun mengakuinya. Allah berfirman, “Apa yang engkau amalkan dengannya?” Ia menjawab, “Aku berperang di jalan-Mu sampai aku mati syahid.” Allah berfirman, “Kamu dusta, akan tetapi kamu berperang agar disebut pemberani dan telah dikatakan padamu.” Lalu orang itu diperintahkan agar diseret dengan wajahnya sampai dilemparkan ke dalam api neraka. Dan orang yang mempelajari ilmu dan mengajarkannya serta membaca Alquran, ia didatangkan menghadap Allah. Allah menyebutkan nikmat-Nya kepadanya dan ia pun mengakuinya. Allah berfirman, “Apa yang engkau amalkan dengannya?” Ia menjawab, “Aku mempelajari ilmu dan membaca Alquran karena Engkau.” Allah berfirman, “Kamu dusta, akan tetapi kamu mempelajari ilmu agar disebut ulama dan membaca Alquran agar disebut qori dan telah dikatakan demikian kepadamu.” Lalu orang itu diperintahkan agar diseret dengan wajahnya sampai dilemparkan ke dalam api neraka. Dan orang yang Allah luaskan rezekinyanya dan diberi segala macam harta. Lalu ia didatangkan menghadap Allah. Allah menyebutkan nikmat-Nya kepadanya dan ia pun mengakuiya. Allah berfirman, “Apa yang engkau amalkan dengannya?” Ia menjawab, “Tidak ada satu pun jalan yang Engkau sukai untuk diinfakkan padanya, kecuali aku telah menginfakkannya karena Engkau.” Allah berfirman, “Kamu dusta, akan tetapi kamu berbuat itu agar disebut dermawan dan telah dikatakan demikian kepadamu.” Lalu orang itu diperintahkan agar diseret dengan wajahnya sampai dilemparkan ke dalam api neraka.” (HR. Muslim).

Niat menjadi rusak dengan adanya riya, karena ia mengharapkan selain keridhaan Allah Ta’ala sehingga ia berhak mendapatkan sanksi dari Allah Ta’ala. Seorang hamba wajib bersungguh-sungguh untuk berjuang melawannya dengan memohon perlindungan kepada Allah dan bertawakal kepada-Nya dan menjihadi dirinya agar senantiasa ikhlas dalam beribadah.

Ya Allah ampunilah kami karena syirik yang kami ketahui maupun tidak kami ketahui.
---------------------------------------------------------------------------

KEDUDUKAN WANITA DI DALAM KEHIDUPAN






Oleh
Syaikh Abdul Aziz bin Baz




Ini adalah jawaban terhadap pertanyaan yang dimuat didalam majalah Al-Jail
Riyadh seputar kedudukan wanita di dalam Islam.

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, shalawat dan salam semoga
dilimpahkan kepada Nabi dan rasul yang paling mulia, Nabi Muhammad, keluarga
dan para sahabatnya serta segenap orang yang menelusuri jejak ajaran mereka
hingga hari pembalasan, wa ba’du.

Sesungguhnya wanita muslimah mempunyai kedudukan yang sangat tinggi di dalam
Islam dan pengaruh yang begitu besar di dalam kehidupan setiap Muslim.
Dialah sekolah pertama di dalam membangun masyarakat yang shalih jika ia
berjalan sesuai dengan petunjuk Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam. Karena berpegang teguh kepada kedua sumber itu dapat
menjauhkan setiap Muslim laki-laki dan wanita dari kesesatan di dalam segala
sesuatu.

Kesesatan bangsa-bangsa dan penyimpangannya tidak akan terjadi kecuali
karena mereka menjauh dari ajaran Allah Subhanahu wa Ta’ala dan ajaran yang
diajarkan oleh para nabi dan rasulNya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda.

“Artinya : Aku tinggalkan pada kamu dua perkara, kamu tidak akan tersesat
selagi kamu berpegang teguh kepadanya, yaitu Kitabullah (Al-Qur’an) dan
Sunnah NabiNya” [Diriwayatkan Imam Malik didalam Kitab Al-Muwaththa’]

Didalam Al-Qur’an terdapat banyak ayat yang menunjukkan betapa pentingnya
kaum wanita sebagai ibu, sebagai istri, sebagai saudara dan sebagai anak.
Mereka juga mempunyai hak-hak dan kewajiban-kewajiban, sedangkan Sunnah Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam berfungsi menjelaskan secara detail.

Urgensi atau pentingnya (peran wanita) itu tampak di dalam beban tanggung
jawab yang harus diembannya dan perjuangan berat yang harus ia pikul yang
pada sebagiannya melebihi beban tanggung jawab yang dipikul kaum pria. Maka
dari itu, di antara kewajiban terpenting kita adalah berterima kasih kepada
ibu, berbakti kepadanya dan mempergaulinya dengan baik. Dalam hal ini ia
harus lebih diutamakan dari pada ayah. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.

“Artinya : Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua
orang ibu-bapaknya ; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku
dan kepada kedua ibu bapakmu, hanya kepada Ku-lah kamu kembali” [Luqman :
14]

“Artinya : Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua
orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan
melahirkannya dengan susah payah pula. Mengandungnya sampai menyapihnya
adalah tiga puluh bulan” [Al-Ahqaf : 15]

Ada seorang lelaki datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
seraya berkata : “Ya Rasulullah, siapa manusia yang lebih berhak untuk saya
pergauli dengan baik ?” Jawab Nabi, “Ibumu” Ia bertanya lagi, “Lalu siapa?”
Jawab beliau, “Ibumu”, Ia bertanya lagi, “Lalu siapa lagi ?” Beliau jawab
“Ayahmu” [Diriwayatkan oleh Imam Bukhari]

Makna yang terkandung di dalam hadits ini adalah bahwa ibu harus mendapat 3x
(tiga kali) lipat perbuatan baik (dari anaknya) dibandingkan bapak.

Kedudukan istri dan pengaruhnya terhadap jiwa laki-laki telah dijelaskan
oleh ayat berikut ini.

“Artinya : Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah Dia menciptakan
untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa
tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang”
[Ar-Rum : 21]

Ibnu Katsir di dalam tafsirnya tentang mawadah wa rahmah mengatakan :
Mawaddah adalah rasa cinta dan Rahmah adalah rasa kasih sayang, karena
sesungguhnya seorang laki-laki hidup bersama istrinya adalah karena cinta
kepadanya atau karena kasih dan sayang kepadanya, agar mendapat anak
keturunan darinya.

Sesungguhnya ada pelajaran yang sangat berharga dari Khadijah Radhiyallahu
anha dimana beliau mempunyai peranan yang sangat besar dalam menentramkan
rasa takut yang dialami Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika
Malaikat Jibril turun kepadanya dengan membawa wahyu di goa Hira’ untuk
pertama kalinya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam datang kepada
Khadijah dalam keadaan seluruh persendiannya gemetar, seraya bersabda.

“Artinya : Selimuti aku! Selimuti aku! Sungguh aku mengkhawatirkan diriku”
Maka Khadijah berkata : “Tidak. Demi Allah, Allah tidak akan membuatmu
menjadi hina sama sekali, karena engkau selalu menjalin hubungan
silaturahmi, menanggung beban, memberikan bantuan kepada orang yang tak
punya, memuliakan tamu dan memberikan pertolongan kepada orang yang berada
di pihak yang benar” [Muttafaq Alaih]

Kita juga tidak lupa peran Aisyah Radhiyallahu ‘anha dimana para tokoh
sahabat Nabi banyak mengambil hadits-hadits dari beliau, dan begitu pula
kaum wanita banyak belajar kepadanya tentang hukum-hukum yang berkaitan
dengan mereka. Dan belum lama, yaitu pada zaman Imam Muhammad bin Sa’ud
rahimahullah, beliau dinasehati oleh istrinya agar mau menerima dakwah tokoh
pembaharu, yaitu Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah, ketika Syaikh
Muhammad menawarkan dakwah kepadanya. Nasehat sang istri mempunyai pengaruh
yang begitu besar sehingga terjadi kesepakatan di antara mereka berdua untuk
memperbaharui dakwah dan menyebar luaskannya, (yang hingga kini) kita
merasakan pengaruhnya dalam penegakkan Aqidah kepada penduduk Jazirah Arab.

Tidak diragukan lagi bahwa ibu saya pun rahimahullah, mempunayi peran yang
sangat besar dan pengruh yang sangat dalam di dalam memberikan dorongan
kepada saya untuk giat belajar (menuntut ilmu). Semoga Allah melipat
gandakan pahalanya dan memberinya balasan yang terbaik atas jasanya kepada
saya.

Dan hal yang tidak dapat dipungkiri adalah bahwa rumah tangga yang dihiasi
dengan penuh rasa kasih sayang, rasa cinta, keramahan dan pendidikan yang
Islami akan berpengaruh terhadap suami. Ia akan selalu beruntung, dengan
izin Allah, di dalam segala urusannya, berhasil di dalam segala usaha yang
dilakukannya, baik di dalam menuntut ilmu, perniagaan ataupun pertanian dan
lain-lainnya.

Hanya kepada Allah jualah saya memohon agar membimbing kita semua ke jalan
yang Dia cintai dan Dia ridhai. Shalawat dan salam atas Nabi Muhammad,
keluarga dan para sahabatnya. [Majmu Fatawa, jilid 3, halaman 348]


[Disalin dari. Kitab Al-Fatawa Asy-Syar’iyyah Fi Al-Masa’il Al-Ashriyyah Min
Fatawa Ulama Al-Balad Al-Haram, edisi Indonesia Fatwa-Fatwa Terkini, hal
421-424, Darul Haq]


Oleh
Syaikh Abdul Aziz bin Baz




Ini adalah jawaban terhadap pertanyaan yang dimuat didalam majalah Al-Jail
Riyadh seputar kedudukan wanita di dalam Islam.

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, shalawat dan salam semoga
dilimpahkan kepada Nabi dan rasul yang paling mulia, Nabi Muhammad, keluarga
dan para sahabatnya serta segenap orang yang menelusuri jejak ajaran mereka
hingga hari pembalasan, wa ba’du.

Sesungguhnya wanita muslimah mempunyai kedudukan yang sangat tinggi di dalam
Islam dan pengaruh yang begitu besar di dalam kehidupan setiap Muslim.
Dialah sekolah pertama di dalam membangun masyarakat yang shalih jika ia
berjalan sesuai dengan petunjuk Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam. Karena berpegang teguh kepada kedua sumber itu dapat
menjauhkan setiap Muslim laki-laki dan wanita dari kesesatan di dalam segala
sesuatu.

Kesesatan bangsa-bangsa dan penyimpangannya tidak akan terjadi kecuali
karena mereka menjauh dari ajaran Allah Subhanahu wa Ta’ala dan ajaran yang
diajarkan oleh para nabi dan rasulNya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda.

“Artinya : Aku tinggalkan pada kamu dua perkara, kamu tidak akan tersesat
selagi kamu berpegang teguh kepadanya, yaitu Kitabullah (Al-Qur’an) dan
Sunnah NabiNya” [Diriwayatkan Imam Malik didalam Kitab Al-Muwaththa’]

Didalam Al-Qur’an terdapat banyak ayat yang menunjukkan betapa pentingnya
kaum wanita sebagai ibu, sebagai istri, sebagai saudara dan sebagai anak.
Mereka juga mempunyai hak-hak dan kewajiban-kewajiban, sedangkan Sunnah Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam berfungsi menjelaskan secara detail.

Urgensi atau pentingnya (peran wanita) itu tampak di dalam beban tanggung
jawab yang harus diembannya dan perjuangan berat yang harus ia pikul yang
pada sebagiannya melebihi beban tanggung jawab yang dipikul kaum pria. Maka
dari itu, di antara kewajiban terpenting kita adalah berterima kasih kepada
ibu, berbakti kepadanya dan mempergaulinya dengan baik. Dalam hal ini ia
harus lebih diutamakan dari pada ayah. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.

“Artinya : Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua
orang ibu-bapaknya ; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku
dan kepada kedua ibu bapakmu, hanya kepada Ku-lah kamu kembali” [Luqman :
14]

“Artinya : Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua
orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan
melahirkannya dengan susah payah pula. Mengandungnya sampai menyapihnya
adalah tiga puluh bulan” [Al-Ahqaf : 15]

Ada seorang lelaki datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
seraya berkata : “Ya Rasulullah, siapa manusia yang lebih berhak untuk saya
pergauli dengan baik ?” Jawab Nabi, “Ibumu” Ia bertanya lagi, “Lalu siapa?”
Jawab beliau, “Ibumu”, Ia bertanya lagi, “Lalu siapa lagi ?” Beliau jawab
“Ayahmu” [Diriwayatkan oleh Imam Bukhari]

Makna yang terkandung di dalam hadits ini adalah bahwa ibu harus mendapat 3x
(tiga kali) lipat perbuatan baik (dari anaknya) dibandingkan bapak.

Kedudukan istri dan pengaruhnya terhadap jiwa laki-laki telah dijelaskan
oleh ayat berikut ini.

“Artinya : Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah Dia menciptakan
untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa
tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang”
[Ar-Rum : 21]

Ibnu Katsir di dalam tafsirnya tentang mawadah wa rahmah mengatakan :
Mawaddah adalah rasa cinta dan Rahmah adalah rasa kasih sayang, karena
sesungguhnya seorang laki-laki hidup bersama istrinya adalah karena cinta
kepadanya atau karena kasih dan sayang kepadanya, agar mendapat anak
keturunan darinya.

Sesungguhnya ada pelajaran yang sangat berharga dari Khadijah Radhiyallahu
anha dimana beliau mempunyai peranan yang sangat besar dalam menentramkan
rasa takut yang dialami Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika
Malaikat Jibril turun kepadanya dengan membawa wahyu di goa Hira’ untuk
pertama kalinya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam datang kepada
Khadijah dalam keadaan seluruh persendiannya gemetar, seraya bersabda.

“Artinya : Selimuti aku! Selimuti aku! Sungguh aku mengkhawatirkan diriku”
Maka Khadijah berkata : “Tidak. Demi Allah, Allah tidak akan membuatmu
menjadi hina sama sekali, karena engkau selalu menjalin hubungan
silaturahmi, menanggung beban, memberikan bantuan kepada orang yang tak
punya, memuliakan tamu dan memberikan pertolongan kepada orang yang berada
di pihak yang benar” [Muttafaq Alaih]

Kita juga tidak lupa peran Aisyah Radhiyallahu ‘anha dimana para tokoh
sahabat Nabi banyak mengambil hadits-hadits dari beliau, dan begitu pula
kaum wanita banyak belajar kepadanya tentang hukum-hukum yang berkaitan
dengan mereka. Dan belum lama, yaitu pada zaman Imam Muhammad bin Sa’ud
rahimahullah, beliau dinasehati oleh istrinya agar mau menerima dakwah tokoh
pembaharu, yaitu Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah, ketika Syaikh
Muhammad menawarkan dakwah kepadanya. Nasehat sang istri mempunyai pengaruh
yang begitu besar sehingga terjadi kesepakatan di antara mereka berdua untuk
memperbaharui dakwah dan menyebar luaskannya, (yang hingga kini) kita
merasakan pengaruhnya dalam penegakkan Aqidah kepada penduduk Jazirah Arab.

Tidak diragukan lagi bahwa ibu saya pun rahimahullah, mempunayi peran yang
sangat besar dan pengruh yang sangat dalam di dalam memberikan dorongan
kepada saya untuk giat belajar (menuntut ilmu). Semoga Allah melipat
gandakan pahalanya dan memberinya balasan yang terbaik atas jasanya kepada
saya.

Dan hal yang tidak dapat dipungkiri adalah bahwa rumah tangga yang dihiasi
dengan penuh rasa kasih sayang, rasa cinta, keramahan dan pendidikan yang
Islami akan berpengaruh terhadap suami. Ia akan selalu beruntung, dengan
izin Allah, di dalam segala urusannya, berhasil di dalam segala usaha yang
dilakukannya, baik di dalam menuntut ilmu, perniagaan ataupun pertanian dan
lain-lainnya.

Hanya kepada Allah jualah saya memohon agar membimbing kita semua ke jalan
yang Dia cintai dan Dia ridhai. Shalawat dan salam atas Nabi Muhammad,
keluarga dan para sahabatnya. [Majmu Fatawa, jilid 3, halaman 348]


[Disalin dari. Kitab Al-Fatawa Asy-Syar’iyyah Fi Al-Masa’il Al-Ashriyyah Min
Fatawa Ulama Al-Balad Al-Haram, edisi Indonesia Fatwa-Fatwa Terkini, hal
421-424, Darul Haq]
VARIASIBLOGGER